Page Home

Link Berita

CHAMPEON 2011 BIREUEN UNITED

Jumat, 15 Juli 2011

Ridle, Apakah Korban Pertarungan dua Kubu?

Catatan Sepakbola
Oleh; Ade Rofi
"korban" Kepentingan kelompok?
Jakarta - Pengumuman PSSI memecat pelatih tim nasional Alfred Riedl sungguh mengejutkan. Pelatih Austria ini bagaimanapun sudah memberikan harapan baru bagi sepak bola Indonesia di Piala AFF 2010.

Meski loyo di akhir, alias kalah dari Malaysia di final, tapi permainan skuad "Garuda" saat itu dinilai cantik dan mampu menyihir sebagian besar masyarakat Indonesia. Banyak yang kemudian berharap Riedl bertahan paling tidak sampai SEA Games di Pelambang dan Jakarta November nanti.

Nah, mengapa PSSI mendadak menggeser Riedl dengan pelatih Belanda Wim Rijsbergen. Kalau alasan prestasi, bisa jadi masuk akal. Ini soal kontrak. Saya berpikir, apakah Riedl menjadi korban pertarungan kelompok Arifin Panigoro dengan Nirwan Bakrie?

Kongres PSSI telah memilih Djohar Arifin Husin sebagai Ketua Umum. Djohar didukung penuh oleh kelompok 78 yang semula hanya ingin memenangkan George Toisutta dan Arifin Panigoro. FIFA melarang George-Arifin mencalonkan sehingga terpilihlah Djohar dan Farid Rahman.

Saya menyambut pemimpin baru itu karena berharap mereka bisa memperbaiki prestasi sepak bola Indonesia. Saya juga paham kalau langkah pertama Djohar dan kawan-kawan setelah menduduki PSSI adalah mengeliminasi orang-orang yang dianggap sekubu dengan Nurdin Halid yang didukung Nirwan Bakrie. Namun, upaya "pembersihan" itu jangan sampai membabi buta sehingga yang jadi korban adalah tim nasional.

Sehari sebelum pemecatan, Djohar mengatakan mempertahankan Riedl karena tim nasional memiliki dua agenda besar yang waktunya mepet: penyisihan Piala Dunia dan SEA Games. Masuk akal. Indonesia akan menghadapi Turkmenistan pada 23 Juli, tinggal dua minggu lagi. Belum lagi target emas pada SEA Games. Berat kalau mencari pelatih baru karena harus menyelaraskan ritme permainan.

Namun pernyataan itu patah besoknya. PSSI mengumumkan pemecatan Riedl. Alasannya kontrak Riedl dengan Nirwan Bakrie, bukan PSSI. Ada apa ini? Mengapa Djohar sehari sebelum pemecatan itu menyatakan akan mempertahankan? Apakah ada informasi yang disembunyikan, atau memang ia tidak dilibatkan dalam keputusan strategis ini?

Dari situ saya membuat analisa sederhana, Djohar hanya perantara dalam PSSI. Keputusan tetap ada di Jenggala, markas kelompok Arifin Panigoro dan George Toisutta. Oke, itu tak masalah karena bagaimanapun PSSI butuh kekuatan dana besar untuk menjalankan roda organisasinya. Tapi kalau sudah menyangkut keputusan strategis menyangkut tim nasional?

Bagi saya, alasan kontrak dengan Nirwan mengada-ada. Pelatih tim nasional memang harus kontrak dengan PSSI, bukan perorangan. Tapi, kalau PSSI masih berharap pada tangan dingin Riedl, kontrak bisa dibuat baru. PSSI akan lebih bermasalah kalau ternyata kontrak Riedl sah. Riedl yang dikontrak 2012 bisa menggugat pemutusan sepihak ini. Gerundelan Riedl sudah mengisyaratkan akan menuntut PSSI ke FIFA.

Seharusnya, urusan kontrak bisa diselesaikan dengan kepala dingin. Perpanjangan atau pemutusan kontrak harus berdasarkan prestasi. Alasan kontrak justru memunculkan dugaan bahwa ini adalah pertarungan Arifin versus Bakrie -- dan Riedl menjadi korban.

Bukan bermaksud meremehkan Wim Rijsbergen, tapi PSSI seharusnya tak menutup mata terhadap prestasi Riedl. Piala AFF 2010 bisa menjadi ukuran. Saya tetap berharap, siapapun pelatihnya bisa memberikan yang terbaik bagi sepak bola Indonesia.

Saya khawatir keputusan menggeser Riedl adalah emosional pengurus PSSI dalam melakukan "pembersihan". Jangan sampai merasa pongah karena menggulingkan rejim Nurdin Halid. Kalau begitu artinya mengulang kesalahan kepengurusan era Nurdin Halid: terlalu pongah dan menutup mata terhadap masukan pihak lain. Dewasalah.

==
* Penulis adalah pemerhati sepakbola dari Depok. Tulisan ini adalah opini pribadi, bukan cerminan sikap/pendapat redaksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Team Liga Aceh

Team Liga Aceh
Aceh di Final Arafura Games