Pidie United Saat Menjuarai Liga Aceh 2010 |
Liga Sepak Bola Aceh Seri 2011 Primer yang diikuti 16 tim dari kabupaten/kota sudah bergulir di empat wilayah secara serentak, sejak awal pekan ini. Kompetisi kali ini meruipakan tahun ke tiga setelah sebelumnya Lhokseumawe City tampil menjadi juara tahun 2009 dan Pidie Jaya United tahun 2010.
Liga yang menggunakan sistem setengah kompetisi ini dibagi dalam empat grup. Untuk Grup A berlangsung di lapangan sepakbola Tugu Opak, Aceh Tamiang. Grup B di Stadion Seribu Bukit, Gayo Lues. Grup C di Stadion Cot Gapu, Bireuen. Dan, Grup D di Stadion FIFA Padang Datar, Calang, Aceh Jaya.
Tiap grup akan meloloskan dua tim, yakni juara grup dan runner up yang lolos ke babak delapan besar. Sedangkan tim yang lolos ke babak delapan besar akan dibagi dua grup lagi masing-masing dihuni empat tim. Tim yang bersedia menjadi tuan rumah di masing-masing grup berhak menggelar babak delapan besar. Nantinya juara grup dan runner up di dua wilayah akan masuk ke babak empat besar. Babak empat besar hingga partai grand final akan digelar di Banda Aceh.
Ya, yang kita harapkan adalah, kompetisi yang sudah berlangsung tiga musim, jangan hanya berlalu begitu saja. Jangan cuma jadi tontotan kurang bermutu. Akan tetapi harus menjadi pemicu kemajuan sepak bola Aceh.
Maka, menyertai bergulirnya liga itu, badan sepak bola Aceh perlu membentuk tim pemandu dan pemantau bakat. Ini dimaksudkan untuk menemukan talenta-telenta muda sepak bola Aceh. Demikian juga klub-klub peserta liga, hendaknya jangan melulu mengejar prestasi, tapi juga perlu memberi kesempatan bagi bakat-bakat muda untuk berkembang.
Lihatlah bagaimana raksasa sepakbola dunia, Barcelona, yang kini sedang memanen hasil akademi sepakbolanya. Messi, Iniesta, Xavi, dan Fabregas adalah di antara superstar sepak bola dunia saat ini. Itu bukan keberuntungan, tapi hasil kerja keras dan cerdas.
Mereka telah diasah selama bertahun-tahun sejak usia dini oleh banyak profesional dengan keterampilan khusus, dan semua bekerja menuju satu visi dan tujuan yang sama, “Untuk membina pemain agar menjadi tim juara.”
Ada banyak hal yang dapat kita petik hikmahnya dari Barcelona. Antara lain, soal fisik mereka tak begitu mempersoalkan. “Ukuran tubuh tidak penting. Paling penting adalah bahwa pemain memiliki bakat dan tekad untuk menjadi seorang pemain besar, bahwa mereka dapat mencintai sepakbola, bukan bahwa mereka adalah yang terkuat atau tertinggi.”
Yang dibutuhkan adalah bakat dan tekad yang kuat. Mereka membina para pemain muda untuk menjadi orang baik dengan gaya hidup sehat dan membantu mereka untuk hidup bahagia dengan cara hidup mereka. “Yang penting bagi kami agar para pemain muda memiliki respek terhadap orang lain. Mereka harus menjadi good people, seorang gentlemen di lapangan dan luar lapangan.”
Maka, saat Aceh mulai berusaha menciptakan seseorang dengan integritas yang baik jauh lebih penting untuk masa depan sepkabola Aceh melalui pemandu bakat.
Liga yang menggunakan sistem setengah kompetisi ini dibagi dalam empat grup. Untuk Grup A berlangsung di lapangan sepakbola Tugu Opak, Aceh Tamiang. Grup B di Stadion Seribu Bukit, Gayo Lues. Grup C di Stadion Cot Gapu, Bireuen. Dan, Grup D di Stadion FIFA Padang Datar, Calang, Aceh Jaya.
Tiap grup akan meloloskan dua tim, yakni juara grup dan runner up yang lolos ke babak delapan besar. Sedangkan tim yang lolos ke babak delapan besar akan dibagi dua grup lagi masing-masing dihuni empat tim. Tim yang bersedia menjadi tuan rumah di masing-masing grup berhak menggelar babak delapan besar. Nantinya juara grup dan runner up di dua wilayah akan masuk ke babak empat besar. Babak empat besar hingga partai grand final akan digelar di Banda Aceh.
Ya, yang kita harapkan adalah, kompetisi yang sudah berlangsung tiga musim, jangan hanya berlalu begitu saja. Jangan cuma jadi tontotan kurang bermutu. Akan tetapi harus menjadi pemicu kemajuan sepak bola Aceh.
Maka, menyertai bergulirnya liga itu, badan sepak bola Aceh perlu membentuk tim pemandu dan pemantau bakat. Ini dimaksudkan untuk menemukan talenta-telenta muda sepak bola Aceh. Demikian juga klub-klub peserta liga, hendaknya jangan melulu mengejar prestasi, tapi juga perlu memberi kesempatan bagi bakat-bakat muda untuk berkembang.
Lihatlah bagaimana raksasa sepakbola dunia, Barcelona, yang kini sedang memanen hasil akademi sepakbolanya. Messi, Iniesta, Xavi, dan Fabregas adalah di antara superstar sepak bola dunia saat ini. Itu bukan keberuntungan, tapi hasil kerja keras dan cerdas.
Mereka telah diasah selama bertahun-tahun sejak usia dini oleh banyak profesional dengan keterampilan khusus, dan semua bekerja menuju satu visi dan tujuan yang sama, “Untuk membina pemain agar menjadi tim juara.”
Ada banyak hal yang dapat kita petik hikmahnya dari Barcelona. Antara lain, soal fisik mereka tak begitu mempersoalkan. “Ukuran tubuh tidak penting. Paling penting adalah bahwa pemain memiliki bakat dan tekad untuk menjadi seorang pemain besar, bahwa mereka dapat mencintai sepakbola, bukan bahwa mereka adalah yang terkuat atau tertinggi.”
Yang dibutuhkan adalah bakat dan tekad yang kuat. Mereka membina para pemain muda untuk menjadi orang baik dengan gaya hidup sehat dan membantu mereka untuk hidup bahagia dengan cara hidup mereka. “Yang penting bagi kami agar para pemain muda memiliki respek terhadap orang lain. Mereka harus menjadi good people, seorang gentlemen di lapangan dan luar lapangan.”
Maka, saat Aceh mulai berusaha menciptakan seseorang dengan integritas yang baik jauh lebih penting untuk masa depan sepkabola Aceh melalui pemandu bakat.
Editor : bakri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar